KUWADI, 32, memang nekad. Sudah punya anak istri masih juga ngudak-udak anak perawan. Giliran cintanya ditolak Srintil, 23, dia patah hati dan mencoba bakar diri macam Dewi Sinta di depan kekasihnya. Untung saja masih bisa diselamatkan, sehingga tidak sampai “tutup buku” sebelum waktunya.
Jika berurusan dengan cinta, orang kadang tidak lagi mencintai nyawa sendiri. Banyak sekali peristiwa yang menyebabkan pemuda maupun pemudi dolanan nyawa gara-gara jalinan asmaranya kandas di tengah jalan. Padahal, ketika nyawa itu kadung lepas dari badan, sosok yang sangat dicintai itu pun takkan kembali ke pangkuannya. Paling-paling dia hanya mendoakan: semoga arwahnya diterima di sisi-Nya, dan diterima segala amalnya. Itu saja.
Kuwadi warga Jetis, Bantul (DI Yogyakarta), termasuk lelaki yang suka main-main dengan nyawa sendiri. Padahal, yang namanya nyawa itu tak ada serep dan tak dijual di Pasar Beringharjo. Hanya karena cintanya ditolak oleh gadis idamannya, Srintil, dia merasa tak ada gunanya lagi hidup berlama-lama. Diilhami kisah “Sinta Obong” dalam kisah perwayangan, dia mencoba bakar diri dengan siraman bensin. Dia pikir, nanti Betara Brama akan segera menolongnya, sehingga jilatan api itu menjadi sejuk.
Jika Kuwadi ini masih bujangan, naksir seorang gadis wajar-wajar saja. Tapi dia ini kang bukan perjaka tingting, justru sudah biasa “tingkrang-tingkring” karena sudah punya istri, kenapa masih mikir gadis lain? Apakah Kuwadi ingin poligami macam ustadz dan artis terkenal? Padahal, punya bini lebih dari satu harus kuwat materil dan onderdil. Kuat onderdil saja, bini akan kabur. Sebaliknya, kuat meteril saja, bini juga akan minggat.
Tapi begitulah, ketika dia kenal dengan Srintil gadis lain desa, pendulumnya langsung kontak, dan ukuran celanapun berubah. Seketika itu juga dia lupa pada anak dan istrinya di rumah. Di mata Kuwadi, sepertinya Srintil ini serba menjanjikan. Bodinya sekel, nan cemekel (enak dipegang). Depan belakang sama-sama nonjol; maksudnya baik “indomilk” maupun “boncengan”-nya membuat Kuwadi semakin kaya akan imajinasi. “Aku nduwe bojo dheke, jan tanja tenan (aku punya bini dia, sungguh puas sekali),” katanya di dalam hati.
Tanpa malu-malu Kuwadi mencoba mendekati si kembang desa Timbulharjo Kecamatan Sewon, Bantul itu. Untuk sekadar pertemanan, gadis Srintil memang meladeni. Tapi begitu hubungan itu mengarah soal aspirasi urusan bawah, nanti dulu. Mana mau gadis yang cantik macam Srintil, diambil istri Kuwadi yang sudah punya anak bini. Karenanya, begitu tahu tujuan Kuwadi bergaul dengannya untuk menggauli, Srintil mulai menjaga jarak. Bahkan didatangi ke rumahnya pun tak mau menemui.
Tapi Kuwadi memang lelaki mblubut (tak tahu malu). Sudah tahu cintanya ditolak karena sudah punya buntut, masih juga ngeyel mendekati. Bahkan tanpa malu-malu dia pernah mengancam, kalau Srintil tak mau diperistri, lebih baik mati bakar diri. “Arep bunuh diri ya karepmu, kuwi dudu urusanku, kok le (mau bunuh diri silakan saja, emangnya gue pikirin),” kata Srintil ketus, karena sebel dikejar-kejar terus.
Ee, ternyata itu bukan ancaman kosong. Beberapa hari lalu Kuwadi mencegat Srintil di depan pabrik rokok tempatnya bekerja. Begitu gadis idolanya keluar dari pabrik bilangan Sewon, langsung saja Kuwadi menyiram tubuhnya pakai bensiun dan disulut korek api. Bulll….., api membakar seluruh tubuhnya. Untung saja warga menolongnya dengan cepat. Meski mengalami luka bakar serius, nyawa Kuwadi masih bisa diselamatkan.
Dalam tubuh cacat, makin tidak maulah si Srintil. (KR/Gunarso TS)
by ; http://www.poskota.co.id/nah-ini-dia/2010/05/31/%E2%80%9Cdewi-sinta%E2%80%9D-patah-asmara
No comments:
Post a Comment